Senin, 05 November 2018

My Travel

Hiii readers!!

Perkenalkan, nama saya Hana. Saya sekarang duduk di bangku kelas IX SMPIT Ulil Albab. Ini blog pertama saya. Jadi, maafkan saya yaa jika ada kekurangan dan kesalahan....

Di blog pertama ini, saya akan menceritakan tentang pengalaman saya saat saya melakukan ekspedisi ke Muara Gembong, lebih tepatnya di Kampung Beuting. Pasti readers penasaran kan apa itu Muara Gembong? Dimana letak Muara Gembong itu? Dan ada apa saja sih di Muara Gembong?
Ok, sebelum saya bercerita tentang pengalaman saya di sana, saya akan menceritakan sedikit tentang apa itu Muara Gembong.
Muara Gembong adalah sebuah kecamatan yang ada di Bekasi. Wilayah ini adalah wilayah terujung di Bekasi dan lokasinya berbatasan langsung dengan Laut Jawa. Wilayah ini juga merupakan wilayah yang masih terbelakang. Masih banyak warganya yang hidup sederhana. Mata pencaharian warga di sana umumnya adalah nelayan. 

Sekolah saya mengadakan ekspedisi tersebut untuk mengaplikasikan 18 sikap yang harus diterpkan di sana. Selain itu, sekolah saya juga memberikan bantuan kepada warga di sana, seperti uang, pakaian, bahan sembako, dan Al - Qur'an.

Saat saya pertama kali menginjakkan kaki saya di sana, saya agak merasa kasihan dengan kehidupan para warganya. Banyak bangunan yang sudah lapuk karena terkena air pasang.

Walaupun kehidupan di Muara Gembong bisa dibilang masih terbelakang dan sangat sederhana, saya suka sekali dengan sifat - sifat warganya yang ramah dan suka menyapa. Mereka juga suka membantu satu sama lain. Tidak hanya itu yang saya kagumi dari mereka. Penduduk Kampung Beuting (nama desa yang dikunjungi) juga sangat kreatif dan produktif. Mereka mampu mengolah tanaman mangrove menjadi berbagai macam produk, seperti donat mangrove, jus mangrove, tepung mangrove, sirup mangrove, kerupuk mangrove, dan masih banyak lagi. Bahkan penduduk Kampung Beuting juga mampu memanfaatkan batang pohon mangrove menjadi kayu bakar. Wah, hebat ya...

Saat ingin berjalan – jalan menuju pantai, saya melewati pinggiran – pinggiran perairan dan jembatan bambu. Saat melewati pinggiran – pinggiran perairan itu, permukaan pinggiran itu dipenuhi batu – batu, sehingga saat melewati pinggiran itu, kaki terasa sangat sakit dan pegal – pegal. Di sebelahnya terdapat berbagai macam pohon mangrove, saya tidak dapat menyebutkan namanya satu per satu karena saya memang tidak hafal jenis – jenisnya. Yang hanya saya tahu itu semua tanaman mangrove. Hehehe...

Setelah melewati pinggiran – pinggiran perairan, kemudian saya melewati jembatan bambu yang terdapat di pemukiman penduduk untuk sampai ke pantai. Jembatan bambu itu menjadi satu – satunya jalur yang dapat digunakan warga untuk pergi ke suatu tempat. Tetapi, kondisi jembatan bambu itu sekarang hampir lapuk dan mulai rapuh karena selalu digunakan warga untuk berjalan dan jika air laut sedang pasang, jembatan bambu itu juga terkena air laut yang membuat kondisi jembatan itu menjadi tambah rapuh. Saat saya pertama kali melewatinya, saya merasa sedikit ketakutan karena saya khawatir takut nantinya tiba – tiba jembatan itu rubuh. Saat itu, saya jadi teringat para warga di sana jika sedang melewati jembatan itu harus benar – benar hati – hati, apalagi kondisi jembatan bambunya yang sudah mulai rapuh.

Ok, readers... Itulah pengalaman saya saat saya berada di Kampung Beuting, Muara Gembong. Dari pengalaman tersebut, banyak pelajaran hidup yang dapat kita ambil. Misalnya, kita harus tetap bersyukur dan tidak mudah mengeluh dalam keadaan apa pun. kita juga harus tetap menjaga tali silaturahmi, jangan sampai terputus. Tak hanya itu, masih banyak lagi pelajaran yang bisa kita ambil dari kegiatan ekspedisi ini.

0 komentar:

Posting Komentar